PKK Ponorogo Kampanyekan Bebas Stunting
https://ponorogoseputar.blogspot.com/2019/08/pkk-ponorogo-kampanyekan-bebas-stanting.html
![]() |
| Bupati Ponorogo saat membuka acara |
Dalam kesempatan tersebut, isu dan persoalan stunting menjadi pokok pembahasan. Peran vital PKK dalam menyukseskan kampanye pencegahan stunting telah diakui pemerintah. Karena PKK merupakan satu-satunya organisasi yang memiliki jejaring kader mulai level pusat hingga level dasawisma.
Hadir Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni sekaligus membuka secara resmi acara. Dalam sambutannya mengungkapkan, PKK memiliki peran strategis dalam upaya ikut serta dalam mencegah stanting. “Angka stunting di Kabupaten Ponorogo sekitar 21 persen, sementara diwilayah lain masih ada yang mencapai 30 persen,” jelasnya.
Untuk itu, Lanjut Bupati, pihaknya terus berupaya dalam menekan angka stanting diantaranya dengan membenahi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di wilayah Ponorogo. “Ada 20.000 rumah di Ponorogo yang masuk RTLH, Pemerintah Kabupaten Ponorogo Tahun 2020 merencanakan membangun RTLH minimal 2.000 rumah, ini masih digodog,”ungkapnya.
Hal ini bertujuan selain Kabupaten Layak Sehat (KLS), disamping itu juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Semua harus bersinergi untuk Ponorogo bebas RTLH, bebas ODF, dan Layak Anak,” tukasnya.
Sementara itu, Sri Wahyuni, Ketua TP PKK Kabupaten Ponorogo menyampaikan Pemaparannya sebagai Nara Sumber. Menurutnya, PKK mempunyai peran dalam pencegahan stunting melalui 10 program pokoknya. “Melalui 10 program pokok TP PKK Kabupaten Ponorogo kita terus berupaya menurunkan angka stunting. Ini merupakan tugas dan kewajiban kita bersama dalam memperhatikan gizi yang cukup pada anak, sehingga terwujudnya keluarga masyarakat yang sejahtera dan sehat,”ungkapnya.
Dikatakannya, kebanyakan orang mungkin tidak memahami istilah stunting. Pengerdilan adalah masalah malnutrisi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi dalam waktu yang lama. “Sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak-anak bahwa tinggi badan anak-anak lebih rendah atau lebih pendek (terhambat) dari standar usia mereka,” jelasnya.
Masih menurutnya, kondisi tubuh anak yang pendek kerap dikatakan sebagai faktor genetik kedua orang tua, sehingga banyak orang hanya menerima tanpa melakukan apa pun untuk mencegahnya. “Padahal seperti yang kita ketahui, genetika adalah faktor penentu kesehatan yang paling sedikit pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan layanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting adalah masalah yang bisa dicegah,” pungkasnya. (han)
